Surat Cinta para Tokoh Bangsa
1. IR. SOEKARNO, Presiden Pertama RI
Penggalan kalimat di dalam surat cinta kepada Fatmawati bertanggal 11 September 1941 :
O, Fatma, jang menjinarkan tjahja. Terangilah selaloe djalan djiwakoe, soepaja sampai dibahagia raja. Dalam swarganya tjinta-kasihmoe....
Penggalan kalimat di dalam surat cinta kepada Yurike Sanger (aslinya berbahasa Inggris) :
Yury, Aku mengunjungimu hari ini, tapi kamu sedang keluar (ke Wisma Shelll?) Aku datang hanya ingin mengatakan “Aku cinta kamu”.
Milikmu
Sukarno
Dalam surat yang lain kepada Yurike Sanger (aslinya berbahasa Inggris) :
Kasih tercinta Yuri,
Hari ini aku tidak bisa datang.
Aku sangat sibuk, yang mana
aku tidak dapat mencari waktu untuk menemuimu.
Tapi aku melihatmu dalam hatiku,
Jaga dirimu baik-baik.
Surat kepada Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) :
Bertanggal 2-10-'65
Dewiku tercinta,
Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!
Sayang dan 1000 ciuman
Sukarno
2. BUNG TOMO, (Sutomo, Pahlawan yang belum diberi gelar)
Masih saat di Penjara Nirbaya (di masa rezim Soeharto), Bung Tomo yang ketika itu sudah berusia 58 tahun tetap bersemangat menulis puisi untuk istrinya. Dalam puisi itu, lagi-lagi Bung Tomo memuji kecantikan wajah istrinya, Sulistina saat bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini.
Ini Hari Kartini, Dik!
Terbayang wajahmu nan cantik
Penaku kini henti sedetik
Terlintas semua jasamu
Sejak kita bertemu
Penggalan dari surat-surat cinta yang lain :
” Jeng Lies aku cinta padamu. nanti kalau perang sudah usai. Dan…Kita akan membuat Mahligai.” (Surat Cinta Bung Tomo)
“Tak terlalu tinggi cita-citaku. Impianku kita punya rumah diatas gunung. Jauuuh dari keramaian. Rumah yang sederhana seperti pondok. Hawanya bersih, sejuk & pemandangannya Indah. Kau tanam bunga-bunga dan kita menanam sayur sendiri. aku kumpulkan muda-mudi kudidik mereka menjadi patriot bangsa,” (Surat Cinta Bung Tomo)
3. H. AGUS SALIM, Pahlawan Nasional
Surat kepada istrinya Zaitun Nahar
Maatje sayang..!
Surat pendek ini hendak saya tumpangkan kepada abdurrachman Baswedan yang besok pagi terbang pulang ke Indonesia, mudah2 an selamat dan cepat sampainya.
Sangat sibuk kami bekerja disini...Awak hidup senang, serba cukup, di rumah entah bagaimana hidup anak dan bini. Rindu hati tidak dapat dikatakan di negeri orang ini. Rindu kanda lebih2 terasa, sebab tak ada membawa potret satu pun jua dari
rumah. Kalau memikirkan Mansur Ciddiq sedih hati kanda, karena anak itu tak ada kawan dan barangkali berkecil hati kepada papanya yang datang2 hilang. Lebih2 yang membimbangkan hati kanda dan kawan2 di sini, dari pemerintah republik dari kementrian luar negeri, dari bung Sjahrir sedikitpun tidak mendapat kabar, surat atau kawat. Jika Bung Sjahrir ada di Jakarta, tolonglah adinda perlukan pergi menemuinya.
17 Juni 1947
Agus Salim
4. MOHAMMAD NATSIR, Tokoh Politik Pemimpin Masyumi
Cuplikan surat kepada istrinya Nur Nahar bertanggal 17 Juli 1958
Ummie, Lies, Ida, Has, Abi, Auzie. Hari ini tanggal 17 Juli 1958. Jadi Aba sudah genap bermur 50 tahun. Oleh karena pada hari ulang tahun ini Aba kebetulan dalam tourne dan tidak dapat duduk bersama-sama di rumah bersama-sama ummie dan anak-anak Aba semuanya.
Anak-anak yang tercinta,
Tak dapat Aba melukiskan bagaimana besarnya rasa syukur Aba kepada Allah Swt. Dan rasa terimakasih Aba kepada Ummie atas kebahagiaan hidup yang Aba telah rasakan selama separoh umur Aba itu yang timbul dari kesatuan jiwa dari kami berdua.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda